Kenapa sih hobi banget pergi?
Akhirnya seorang teman baik saya menanyakan hal ini. "Pergi" di sini, bukan pergi dalam artian travelling, tough, i love travelling a lot. Pergi di sini, means.. ya bacalah, sulit juga untuk saya mengungkapkannya.
Kenapa saya hobby banget pergi? Karena basically saya terlalu percaya diri. Saya memang Ekstrovert, ya saya yakin ngga butuh 5 menit mengenal saya untuk mengetahui hal ini. Tapi, saya tidak ekstrovert mengenai perasaan sayang saya kepada seseorang. Oke, tepatnya, kepada seseorang yang special, bukan sekedar teman, dan ngga setingkat sahabat. Saya bisa sangat berisik kalo saya menyukai seorang pria. Dan, kaAnda saya berisik dan Anda tahu sejak awal kalo saya suka sama pria ini, percayalah SAYA HANYA SUKA, like saya suka Valentino Rossi, Chris Martin, atau mungkin Chris Evans. Saat saya falling for someone in a special way, percayalah, saya sangat baik dalam menyimpannya.
Itulah saya, i'm good on it, faking my emotion. Dan yap, saya bisa saja telah mencapai jutaan langkah dan tahap sehingga saya so close dengan tahap 'jadian' dengan pria tersebut. Dan yep again, saya bisa menyembunyikannya dari siapapun, termasuk SAHABAT saya. Maaf, deary friends, bukannya saya menyembunyikan ini atau ngga mau berbagi dengan kalian. Saya hanya ngga mau terlihat cheesy ketika sesuatu ngga berjalan sesuai rencana atau sesuai yang saya inginkan. Toh, ketika saya benar2 yakin dengan perasaan saya dan hubungan kami telah berada pada jenjang yang ajeg untuk dieritakan, saya tidak akan menyembunyikannya dari kalian.
Kaitannya dengan 'pergi' yang saya bicarakan di awal? My good ability on faking all my emotions ini kadang menjebak saya. Tiba-tiba seorang teman menceritakan bagaimana dia menyukai seorang pria -dan, kalau kalian menebak sesuatu, kalian benar, ini adalah pria yang sama dengan yang saya pikirkan- maka, saya akan dengan mudahnya pergi dan meninggalkan pria ini. Tepatnya, mendukung teman saya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, apa yang bisa membuatnya bahagia. Saya akan dengan mudahnya Pergi, walaupun saya telah berada di setengah langkah terakhir untuk 'bersama' dengan pria yang saya sayang.
What a long definition about 'pergi' ya, padahal belum ada jawaban dari pertanyaan di atas. So, WHY? simply: Saya terlalu percaya diri, sekaligus terlalu tidak percaya diri. Basically, saya ngga suka ngeliat teman saya terluka. -Tidak perlu menjadi seorang teman dekat, cukup menjadi teman dan saya bisa saja mengorbankan hal-hal seperti ini- Di satu sisi, apabila saya kemudian 'bersama' dengan pria itu, tanpa dia pernah tahu bahwa selama ini saya 'dekat' dengan pria itu, bayangkan betapa saya telah melukainya. Dia ngga tahu apa-apa, dengan niat lugunya dia bercerita pada saya tentang perasaannya pada seorang pria, dan dengan gilanya saya tiba-tiba 'bersama' dengan pria ini. OH WOW! Bayangkan perasaannya.
Maka, saya akan mengalah dan pergi! Kenapa saya ngga jujur pada teman saya tentang kedekatan saya dengan pria ini? Kenapa harus? Toh, belum ada apa-apa yang mengikat kami berdua -saya dan si pria-, kami masih sama-sama bebas. Dan, apa ada yang bisa memastikan bahwa pria itu akan LEBIH BAHAGIA saat 'bersama' saya dibanding 'bersama' teman saya? so, kenapa saya berlagak seperti Tuhan yang menutup jalan pria ini untuk 'bersama' teman saya? *katakanlah, ini adalah ketidak-percaya-dirian saya* Kenapa saya ngga berpikir sebaliknya? Ah, menurut saya, pria bisa bahagia saat ada seorang perempuan yang menyayanginya dengan tulus.
Kenapa musti saya yang mengalah? Karena saya yakin, saya bisa mengatasi rasa sakit karena kehilangan yang kelak, mungkin, saya rasakan. Dan, karena saya tidak yakin bahwa teman saya mampu melewati semua ini semudah saya. Saya tidak yakin, mereka bisa sebahagia saya saat sedih. Saya takut, mereka tidak bisa tertawa di atas rasa sakit yang mereka rasakan. Dan saya? saya yakin saya mampu. Saya yakin saya bisa tertawa walaupun hati saya seperti sedang diikat dengan tambang yang ditarik orang tiga kelurahan. Saya yakin, saya bisa dengan mudahnya mengendalikan otak saya untuk menguasai hati saya. *lihat kan, inilah sisi ke-terlalu-percaya-dirian saya*
So, this is the answer dari pertanyaan kenapa saya hobby banget pergi. Karena saya terlalu percaya diri, sekaligus, sangat tidak percaya diri. Respons teman saya: "Masokis perasaan. Ngerasain sakit kok hobby."
note: *apa lo ngga pernah mikirin perasaan cowok itu? anggep aja gw naive dan terlalu jahat sama cowok, jadi gw cuma mikirin perasaan temen gw*