aku baru saja mengungkapkan semuanya padanya..
Tuhan,
bantu ia melewati semuanya..
September 28, 2008
Kita Harus Terjaga
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu..
Berada di dataran tinggi,,mendekati langit...
Tak perlu alas,,biar kurebahkan tubuhku di hamparan rumput itu...
Bersebelahan dengan tubuhmu...
Aku tak membutuhkan hangatnya api unggun yang kau buat...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Langit pasti indah malam ini...
Aku hanya ingin melihat bintang...
Aku takkan menghitung banyaknya bintang di langit sana..
Karena satu bintang pun cukup untukku..
Toh aku telah melihat satu bintang yang paling indah di sampingku...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Untuk apa kita membangun tenda...
Langit toh tetap akan melindungi kita...
Api pun akan menghangatkan kita...
Aku?? Toh kamu akan menjagaku...
Mestinya kita membawa lebih banyak kopi...
Agar kita bisa terus terjaga untuk terus berbicara...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Pagi nanti pasti jauh lebih dingin...
Embun pagi akan membasahi rumput-rumput di sekeliling kita...
Tak apalah,, toh kamu akan merawatku bila aku sakit...
Toh itu yang aku inginkan...
Kamu merawatku....
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Jangan pergi terlalu lama...
Aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Toh kamu berjanji membawaku kesana..
Jangan pergi terlalu lama...
Hamparan rumput itu telah memanggil kita...
Tak perlu bawa tenda...
Penuhi saja tasmu dengan kopi...
Kita harus terjaga...
"Waktuku sama kamu berharga.. Makasih ya."
Berada di dataran tinggi,,mendekati langit...
Tak perlu alas,,biar kurebahkan tubuhku di hamparan rumput itu...
Bersebelahan dengan tubuhmu...
Aku tak membutuhkan hangatnya api unggun yang kau buat...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Langit pasti indah malam ini...
Aku hanya ingin melihat bintang...
Aku takkan menghitung banyaknya bintang di langit sana..
Karena satu bintang pun cukup untukku..
Toh aku telah melihat satu bintang yang paling indah di sampingku...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Untuk apa kita membangun tenda...
Langit toh tetap akan melindungi kita...
Api pun akan menghangatkan kita...
Aku?? Toh kamu akan menjagaku...
Mestinya kita membawa lebih banyak kopi...
Agar kita bisa terus terjaga untuk terus berbicara...
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Pagi nanti pasti jauh lebih dingin...
Embun pagi akan membasahi rumput-rumput di sekeliling kita...
Tak apalah,, toh kamu akan merawatku bila aku sakit...
Toh itu yang aku inginkan...
Kamu merawatku....
Seketika aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Jangan pergi terlalu lama...
Aku ingin berada di hamparan rumput itu...
Toh kamu berjanji membawaku kesana..
Jangan pergi terlalu lama...
Hamparan rumput itu telah memanggil kita...
Tak perlu bawa tenda...
Penuhi saja tasmu dengan kopi...
Kita harus terjaga...
"Waktuku sama kamu berharga.. Makasih ya."
September 25, 2008
Ode Hujan Malam Tadi
Hari ini,hujan.
Entahlah, namun hari ini Tuhan tampaknya mempunyai rencana untuk membuatku sakit.
Aku yakin, apapun yang direncanakannya, pasti yang terbaik untukku.
***
Pagi ini aku membuka lemari bajuku.
Semalam tidurku tak begitu nyenyak, kepalaku sedikit pusing,
penyejuk udara menyala seperti biasa,
padahal, tubuhku agak menggigil kedinginan.
Tapi kebiasaan membunuhku,
aku tak bisa tidur tanpanya,
penyejuk udara kamarku.
Aku berangkat ke kantor.
Baju lengan pendek yang cukup sejuk telah kupilih.
Aku menggunakan baju yang aku pikir akan membuatku nyaman.
Satu-satunya baju lengan pendek di lemari bajuku.
Pikirku, hari ini akan panas, maka, itulah baju ternyaman untukku.
Pikirku.
Aku ingin segera pulang.
Tubuhku menggigil kedinginan sesampainya di kantor.
Hah, mungkin hanya suasana pagi yang sepi,
Jumlah manusia di ruangan itu masih minim,
Penyejuk udara pun terasa berlebihan.
Aku menggigil.
Tuhan merencanakan semua ini.
Gerimis mulai turun saat aku meninggalkan kantorku.
Aku duduk di dalam Bus,
dan penyejuk udara itu tepat mengarah ke kepalaku.
Aku pening.
Aku pejamkan mataku.
Aku membuat segelas kopi hangat.
Hujan membasahi sebagian tubuhku.
Ternyata hujan hari ini sangat lebat.
Aku yang merindukan hujan, memilih untuk sedikit menikmatinya.
Aku menanggalkan niat menaiki taksi untuk sampai ke depan rumah.
Aku menanggalkan niat menaiki ojek yang mengantarku lebih cepat ke rumah.
150 meter aku berjalan di bawah hujan yang sangat D.E.R.A.S
Aku menggigil.
Aku tahu ini rencananya.
Tubuhku menggigil dibawah payung kecil.
Sebagian tubuhku basah tak terlindung payung,
Sebagian tubuhku basah diterpa hujan yang terdorong angin.
Aku menggigil.
Aku menikmatinya.
Dingin.
Aku menikmatinya.
Aku menikmatinya.
AKu menggigil.
Aku menikmatinya.
Aku kedinginan.
Aku menikmatinya.
Membayangkannya.
Aku menikmatinya.
Merindukannya.
Aku menikmatinya.
Merindukan diriku berada dalam pelukkannya.
Aku menikmatinya.
Santun.
Aku menikmatinya.
Hangat.
Aku menikmatinya.
Menenangkan.
Aku menikmatinya.
Aku tahu Tuhan punya rencana.
Hujannya sengaja mengguyur tubuhku.
Agar aku sadar..
Betapa aku menikmatinya.
Merindukannya.
24 september 2008
di kasurku sendiri, menggapai segelas kopi
Entahlah, namun hari ini Tuhan tampaknya mempunyai rencana untuk membuatku sakit.
Aku yakin, apapun yang direncanakannya, pasti yang terbaik untukku.
***
Pagi ini aku membuka lemari bajuku.
Semalam tidurku tak begitu nyenyak, kepalaku sedikit pusing,
penyejuk udara menyala seperti biasa,
padahal, tubuhku agak menggigil kedinginan.
Tapi kebiasaan membunuhku,
aku tak bisa tidur tanpanya,
penyejuk udara kamarku.
Aku berangkat ke kantor.
Baju lengan pendek yang cukup sejuk telah kupilih.
Aku menggunakan baju yang aku pikir akan membuatku nyaman.
Satu-satunya baju lengan pendek di lemari bajuku.
Pikirku, hari ini akan panas, maka, itulah baju ternyaman untukku.
Pikirku.
Aku ingin segera pulang.
Tubuhku menggigil kedinginan sesampainya di kantor.
Hah, mungkin hanya suasana pagi yang sepi,
Jumlah manusia di ruangan itu masih minim,
Penyejuk udara pun terasa berlebihan.
Aku menggigil.
Tuhan merencanakan semua ini.
Gerimis mulai turun saat aku meninggalkan kantorku.
Aku duduk di dalam Bus,
dan penyejuk udara itu tepat mengarah ke kepalaku.
Aku pening.
Aku pejamkan mataku.
Aku membuat segelas kopi hangat.
Hujan membasahi sebagian tubuhku.
Ternyata hujan hari ini sangat lebat.
Aku yang merindukan hujan, memilih untuk sedikit menikmatinya.
Aku menanggalkan niat menaiki taksi untuk sampai ke depan rumah.
Aku menanggalkan niat menaiki ojek yang mengantarku lebih cepat ke rumah.
150 meter aku berjalan di bawah hujan yang sangat D.E.R.A.S
Aku menggigil.
Aku tahu ini rencananya.
Tubuhku menggigil dibawah payung kecil.
Sebagian tubuhku basah tak terlindung payung,
Sebagian tubuhku basah diterpa hujan yang terdorong angin.
Aku menggigil.
Aku menikmatinya.
Dingin.
Aku menikmatinya.
Aku menikmatinya.
AKu menggigil.
Aku menikmatinya.
Aku kedinginan.
Aku menikmatinya.
Membayangkannya.
Aku menikmatinya.
Merindukannya.
Aku menikmatinya.
Merindukan diriku berada dalam pelukkannya.
Aku menikmatinya.
Santun.
Aku menikmatinya.
Hangat.
Aku menikmatinya.
Menenangkan.
Aku menikmatinya.
Aku tahu Tuhan punya rencana.
Hujannya sengaja mengguyur tubuhku.
Agar aku sadar..
Betapa aku menikmatinya.
Merindukannya.
24 september 2008
di kasurku sendiri, menggapai segelas kopi
Subscribe to:
Posts (Atom)