Tiba-tiba menjadi penasaran ketika membaca status seorang teman tentang Malaysia yang dituding melecehkan lagu Indonesia Raya. Setelah mendapatkan link-nya dari Rani Sukma, (Pelecehan Teks Indonesia Raya) saya kemudian berpikir: Pertama, apakah benar hal ini dilakukan oleh Malaysia? Bagaimana bila hal ini dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Bahasa Melayu dapat dipelajari, kita pun bisa membuat teks ke-melayu-melayu-an seperti teks tersebut. Jika Anda menghadapi kesulitan, hubungi Charly ST12, mungkin beliau bisa membantu Anda. *Duh, maaf, ini ngga sengaja keketik, saking saya introvert jadi apa yang di otak ikut keketik juga*
Bagaimana kalo ini dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin hubungan dua negara ini semakin buruk, mungkin dengan alasan nasionalisme: kesal dengan semua ulah negara tetangga itu. Mungkin juga karena gejolak kaWula muda yang memang senang dengan konflik.
Namun, apabila memang hal ini dilakukan oleh pihak negara tetangga, saya rasa, kita tidak perlu memperburuk hubungan antara Indonesia dengan negara tersebut. *Ya, maksud saya, DIPUTUS AJA KALI YA, HUBUNGANNYA. LAH DARIPADA BERHUBUNGAN TAPI CUMA BISA BIKIN ORANG INDONESIA NAMBAH DOSA KARENA KERJAANNYA MARAH-MARAH SAMA MISUH-MISUH, PADAHAL NGGA TAHU JUGA SIAPA DALANGNYA*
Kedua, Saya juga merasa hal ini pukulan telak bagi rakyat Indonesia. Ketika AFC 2006 silam, saya pernah menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama hampir seluruh orang yang berada di stadion utama Gelora Bung Karno. Memang sangat Hikmat dan menggetarkan jiwa. Namun, saya tidak akan munafik, hal ini hanya saya rasakan ketika kita berhadapan dengan bangsa atau negara lain. Ketika kita akan bertanding melawan negara lain, atau berada di sebuah konvensi internasional, atau menjamu pihak internasional. Bagaimana dengan menyanyikannya di upacara bendera? Bagaimana menyanyikannya ketika wisuda di balairung tadi? Bagaimana menyanyikannya ketika rapat-rapat dewan negara? bagaimana menyanyikannya ketika membuka satu ajang nasional? Sejujurnya saya prihatin.
Saya pernah melarang suatu acara menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hal ini dikarenakan saya tidak yakin peserta dapat menyanyikan Lagu yang agung ini dengan hikmat. Hal ini saya lakukan karena satu pengalaman serupa. Ketika pembukaan satu pertandingan nasional di Senayan. Saat itu Bapak Agum Gumelar meminta panita mengganti lagu Indonesia Raya dengan lagu kebangsaan lainnya. Namun, panitia tetap memaksakan peserta menyanyikan lagu tersebut. Hasilnya, Bapak Agum Gumelar yang memberi sambutan, menegur semua orang dalam sambutannya atas sikap kita ketika menyanyikan lagu tersebut. Saat itu juga saya merasa itu sangat benar!
Sekarang, marilah kita berkaca. Kita, mungkin, memang tidak pernah menghina lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. Tapi, APAKAH KITA TELAH MEMBERI PENGHORMATAN YANG PANTAS UNTUK LAGU TERSEBUT? Apakah kita berdiri tegap ketika menyanyikannya? Atau sambil garuk-garuk? tengak-tengok? berdiri dengan santai? Apakah kita sadar bagaimana perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi merdekanya Indonesia, sehingga Lagu ini bisa berkumandang tanpa perlu sembunyi-sembunyi.
Sangatlah mulia ketika kita membela negara kita di mata dunia. Tapi lihatlah ke dalam. Adakah kita telah benar-benar menghargai negara kita? Apakah kita perlu sejuta pemicu dari luar untuk kemudian terbakar dan mati-matian membela negara kita? Atau berangkat sekarang ke masa lalu, untuk menghargai apa yang kita punya sekarang?
*Bukan berarti kekesalan saya hilang ya dengan negara tetangga itu, saya masih sangat kesal kok. Tapi mencoba untuk introspeksi sebelum memaki.*