cari di sini

August 27, 2009

Pelecehan Lagu Indonesia Raya oleh Negara Tetangga?

Tiba-tiba menjadi penasaran ketika membaca status seorang teman tentang Malaysia yang dituding melecehkan lagu Indonesia Raya. Setelah mendapatkan link-nya dari Rani Sukma, (Pelecehan Teks Indonesia Raya) saya kemudian berpikir: Pertama, apakah benar hal ini dilakukan oleh Malaysia? Bagaimana bila hal ini dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. Bahasa Melayu dapat dipelajari, kita pun bisa membuat teks ke-melayu-melayu-an seperti teks tersebut. Jika Anda menghadapi kesulitan, hubungi Charly ST12, mungkin beliau bisa membantu Anda. *Duh, maaf, ini ngga sengaja keketik, saking saya introvert jadi apa yang di otak ikut keketik juga*
Bagaimana kalo ini dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin hubungan dua negara ini semakin buruk, mungkin dengan alasan nasionalisme: kesal dengan semua ulah negara tetangga itu. Mungkin juga karena gejolak kaWula muda yang memang senang dengan konflik.
Namun, apabila memang hal ini dilakukan oleh pihak negara tetangga, saya rasa, kita tidak perlu memperburuk hubungan antara Indonesia dengan negara tersebut. *Ya, maksud saya, DIPUTUS AJA KALI YA, HUBUNGANNYA. LAH DARIPADA BERHUBUNGAN TAPI CUMA BISA BIKIN ORANG INDONESIA NAMBAH DOSA KARENA KERJAANNYA MARAH-MARAH SAMA MISUH-MISUH, PADAHAL NGGA TAHU JUGA SIAPA DALANGNYA*
Kedua, Saya juga merasa hal ini pukulan telak bagi rakyat Indonesia. Ketika AFC 2006 silam, saya pernah menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama hampir seluruh orang yang berada di stadion utama Gelora Bung Karno. Memang sangat Hikmat dan menggetarkan jiwa. Namun, saya tidak akan munafik, hal ini hanya saya rasakan ketika kita berhadapan dengan bangsa atau negara lain. Ketika kita akan bertanding melawan negara lain, atau berada di sebuah konvensi internasional, atau menjamu pihak internasional. Bagaimana dengan menyanyikannya di upacara bendera? Bagaimana menyanyikannya ketika wisuda di balairung tadi? Bagaimana menyanyikannya ketika rapat-rapat dewan negara? bagaimana menyanyikannya ketika membuka satu ajang nasional? Sejujurnya saya prihatin.
Saya pernah melarang suatu acara menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Hal ini dikarenakan saya tidak yakin peserta dapat menyanyikan Lagu yang agung ini dengan hikmat. Hal ini saya lakukan karena satu pengalaman serupa. Ketika pembukaan satu pertandingan nasional di Senayan. Saat itu Bapak Agum Gumelar meminta panita mengganti lagu Indonesia Raya dengan lagu kebangsaan lainnya. Namun, panitia tetap memaksakan peserta menyanyikan lagu tersebut. Hasilnya, Bapak Agum Gumelar yang memberi sambutan, menegur semua orang dalam sambutannya atas sikap kita ketika menyanyikan lagu tersebut. Saat itu juga saya merasa itu sangat benar!
Sekarang, marilah kita berkaca. Kita, mungkin, memang tidak pernah menghina lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. Tapi, APAKAH KITA TELAH MEMBERI PENGHORMATAN YANG PANTAS UNTUK LAGU TERSEBUT? Apakah kita berdiri tegap ketika menyanyikannya? Atau sambil garuk-garuk? tengak-tengok? berdiri dengan santai? Apakah kita sadar bagaimana perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi merdekanya Indonesia, sehingga Lagu ini bisa berkumandang tanpa perlu sembunyi-sembunyi.
Sangatlah mulia ketika kita membela negara kita di mata dunia. Tapi lihatlah ke dalam. Adakah kita telah benar-benar menghargai negara kita? Apakah kita perlu sejuta pemicu dari luar untuk kemudian terbakar dan mati-matian membela negara kita? Atau berangkat sekarang ke masa lalu, untuk menghargai apa yang kita punya sekarang?

*Bukan berarti kekesalan saya hilang ya dengan negara tetangga itu, saya masih sangat kesal kok. Tapi mencoba untuk introspeksi sebelum memaki.*

August 20, 2009

Kebudayaan yang kerap dicuri

Budaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Indonesia adalah negara yang berbudaya. Manusianya memiliki kapasitas yang besar untuk mencipta, merasa dan membangun karsa yang tinggi. Bagaimana dengan bangsa yang selalu mencuri budaya bangsa lain?
Bangsa yang kerap mencuri kebudayaan, adalah bangsa yang tidak memiliki budaya. Saat mereka tidak memiliki budaya, apakah karena manusianya yang tidak memiliki kemampuan untuk mencipta, merasa dan membangun karsa? Kreativitas adalah kemampuan tertinggi manusia. Kita mampu mencipta dan mengembangkan suatu kebudayaan, kesenian, dengan kreativitas kita. Bagaimana dengan bangsa yang kerap mecuri kebudayaan dan kesenian bangsa lain? Ya, mungkin bangsa tersebut memang tidak memiliki cukup kreativitas.
Patutkah kita marah? Patut. Namun patutkah kita bangga? Lebih patut lagi. Bukan karena kita membiarkan kebudayaan dan kesenian kita dicuri. Namun karena tingginya nilai budaya dan kesenian kita, sehingga apa yang kita miliki secara turun-temurun dicuri. Tidak akan suatu hal dicuri atau direbut, apabila sesuatu hal tersebut tidak memiliki nilai atau harga yang tinggi, bukan? Maka dari itu, jika kita pernah lupa berbangga diri dengan kebudayaan kita, kesenian kita, serta kekayaan kita. BERBANGGALAH, mulai dari sekarang!
Di balik kemarahan atas apa yang telah terjadi, ada baiknya kita berterima kasih. Dengan semua 'klaim' dan kisah 'curi-mencuri' ini, nasionalisme kita digugah. Mungkin sesaat kita lupa, sesaat hal ini padam. Dan ketika hal ini terjadi, kita berlomba-lomba mengutuk pencurinya. Kemana saja kalian sebelum kita 'kecopetan'? Kita juga patut berterima kasih. Selain membangkitkan nasionalisme dan kebanggaan kita akan budaya dan kesenian kita, dengan adanya hal ini, semoga mereka juga memperkenalkan budaya kita ke mata dunia. Semoga lantas dunia juga tahu, akar dan asal asli dari kebudayaan dan kesenian ini. Karena di balik kebudayaan dan kesenian, biasanya akan ada kisah atau latar belakang demografisnya.
Ya sudah, cukuplah kuliah hari ini. Semoga kemarahan, kekesalan, dan kemurkaan ini bukan hanya cambuk sesaat. Semoga kebanggan, nasionalisme dan kobaran semangat ini juga tidak hanya sesaat. Batik milik kami, mungkin juga milik yang lain. Angklung milik kami, tanah kami subur penuh kebun bambu. Reog milik kami, konon banyak raksasa pemangsa di cerita buyut-buyut kami. Rasa Sayange milik kami, lihatlah negara kepulauan kami. Maka kami nyanyikan: "lihat kapal dari jauh.." Tari Pendet milik kami, silakan pelajari sejarah kami.

August 16, 2009

Penyelaman massal, haruskah?

Rekor penyelaman di pantai Malaraya, Manado Utara. Perlukah?

Di balik setiap aksi, ada motivasi. Namun di balik setiap aksi ada akibat yang tak kalah penting untuk dipertimbangkan. Penyelaman massal yang telah memecahkan rekor dunia memang memiliki motivasi yang baik untuk negara ini, terlebih lagi negara kita dikenal sebagai negara maritim. Pemecahan rekor ini memang membawa nama Indonesia ke kancah internasional, namun entah mengapa, saya masih sinis mendengarnya.
Mencoba melihat dari sisi lain. Saya memang tidak tahu detil dari pemetaan penyelaman acara ini. Namun, membayangkan ribuan penyelam akan menyerbu laut ada ketakutan terbesar yang hadir di otak saya. BAGAIMANA NASIB TERUMBU KARANG DI SANA? BAGAIMANA NASIB IKAN DI SANA? Apakah ribuan penyelam tidak akan merusak ekosistem mereka? Apakah ribuan penyelam tidak akan membuat ikan-ikan di sana stress karena harus berebut tempat dengan monster-monster darat yang menggunakan tangki oksigen di dalam laut? Hanya membayangkan, membuat saya muak dan kesal.
Melihat siaran langsung, saya tidak tahu harus berpikir apa. Toh, yang terlihat hanya gelembung-gelembung udara. Semoga mereka tidak merusak terumbu-terumbu karang yang indah. Atau merusak terumbu-terumbu karang yang baru mulai tumbuh. Semoga mereka tidak mengusir atau membatasi pergerakan ikan-ikan laut yang biasanya berenang bebas. Yang lautnya pun telah tercemar dan terkontaminasi oleh ulah-ulah manusia. Semoga.
Hanya mencoba berpikir dari sudut pandang lain. Apalah artinya nama kita dikenang di moment ini dalam pemecahan rekor penyelaman massal, apabila bertahun-tahun kemudian keindahan terumbu karang dan ikan-ikan harus terganggu. Mendapatkan nama dalam aksi puncak sesaat, merusak sesuatu yang mebutuhkan waktu pulih yang lama.
Semoga ini hanya ketakutan saya semata. Yang selama ini kadang terpikir tidak perlu mengekspos secara berlebihan keindahan alam Indonesia, hanya karena takut keindahan ini hilang karena tangan-tangan pihak komersil yang dengan mudahnya membangun dan 'mempermudah' wisatawan, namun merusak keindahan asli alam itu.
Untuk segala aksi, akan ada akibatnya. Semoga apa yang telah dicapai manusia Indonesia, tidak berdampak buruk bagi kehidupan laut Indonesia. Selamat kepada para pemecah rekor penyelaman massal. Semoga apa yang saya tulis di sini, hanya tulisan semata.