cari di sini

August 25, 2011

38.9 derajat celcius dan mengajar

Hrr, beberapa hari ini, I'm not feeling well.
Dan SIYALnya, banyak teman-teman saya yang bersyukur karena Saya sakit.
"Wah, lo bisa sakit juga? Syukur deh, kalo ngga sakit lo ngga istirahat."

kata Anna. Belum lagi di twitter. Yah, Saya bersyukur banyak yang memperhatikan Saya, terima kasih lho teman-teman, for knowing me that well. -___-

Saya akhirnya sadar, Saya memang sudah sangat jahat pada tubuh Saya sendiri. Sebutlah, kalau cuma suhu badan yang 'sedikit' meningkat sih biasa. Pusing sih bisa dilawan. Batuk mah pakai masker aja. Malah, pertengahan puasa kemarin, Saya sempat 4 hari gak makan, as in tidak mengonsumsi karbohidrat yang cukup. Jadi ceritanya, Saya sedang tidak puasa, jadi mama tidak membangunkan untuk sahur. Nah sesiangan sibuk kerja dan mengerjakan ini-itu ya, rasanya seperti puasa aja. Then, ketika waktunya berbuka, layaknya saat berpuasa, minum air dan beberapa potong tahu goreng tepung *turun temurun di keluarga* sudah mengisi penuh rongga perut yang kosong. Akhirnya, suatu pagi, Saya merasa sangat lapar saat bangun tidur. Saat itulah Saya baru ingat, kalau ternyata terakhir Saya makan adalah saat buka puasa bersama 4 hari sebelumnya. AHAHAHAHAHA. Ngelawak emang Saya ini.

Nah ceritanya, Selasa kemarin, hari ke-5 OBM 2011, Saya merasa sangat tidak enak badan. Bangun pagi, Saya menggigil dan meriang. Saya memaksakan diri. Karena, memang begitulah biasanya. Badan Saya terasa sangat nyeri, kepala Saya sakit dan pusing. Ya, sakit itu seperti ditusuk-tusuk, dan pusing itu seperti muter-muter, and I got them both.
THE SHOW MUST GO ON. Saya tiba di kampus dengan muka super memelas dan dikasihani sejuta fasilitator lain yang melihat. Masuk ke kelas menggunakan jaket, dan bersiap tampil 'seadanya' karena sangat tidak bisa bergerak.

Tapi, Larry King pernah bilang, saat kau berada di panggung, kamu bukanlah dirimu, kamu adalah dia yang diharapkan ada di panggung. Tiba-tiba Saya merasa 'tambah sakit' dengan menggunakan jaket. Akhirnya, Saya melepaskan jaket dan mencoba terus mengajar 'senormal' biasanya. VOILA, Saya bisa menyelesaikan tugas Saya hari itu. 2 sesi seperti biasa, artinya 2 kali 3 jam untuk memfasilitasi mahasiswa/i baru UI untuk belajar tentang aplikasi e-learning yang digunakan di UI. 2 kali memimpin 55 mahasiswa di kelas yang panjang seperti patas. Alhamdulillah, hasil penilaian mereka sangat memuaskan.

Sayangnya, 'orang lain' dalam diri Saya langsung minggat saat selesai mengajar. Badan kembali panas, kepala kembali 'cenat-cenut' hebat tiada tara. Saya memutuskan untuk langsung pulang, mengingat, masih ada hari terakhir yang harus saya 'tutup' dengan indah. Sampai rumah, demam Saya mulai berlebihan, panas tubuh mencapai 38.8 - 38.9 derajat celcius. Kepala Saya pusing bukan main, hingga tiduran pun tidak bisa membuatnya terasa lebih baik. Ketika tidak sanggup untuk ke dokter, Saya merasa terberkati punya banyak teman-teman dokter. Akhirnya @wahadasara, Ari dan Harry berhasil membantu Saya, menenangkan Saya, dan memberi beberapa suggestion untuk Saya. Walau tidak bisa makan, Saya memaksakan diri Saya untuk makan. Esok harinya, Saya kembali bisa mengajar, demamnya turun, tapi pusingnya menetap. Sara curiga ini Typhus atau infeksi bakteri. Kemudian Ia menyuruh Saya untuk melakukan tes darah. *doakan Saya hasilnya baik ya*

Hih! ini posting tentang apa sih? Saat ini sih masih pusing, tapi ya, pusing itu biasa *tetep ya* Intinya, Saya memang yakin, kekuatan passion memang besar. Buktinya, saat waktunya mengajar, Saya bisa lupa sama pusing Saya, giliran selesai ngajar, langsung pengen nangis sakitnya. Kedua, jangan jahatin badan kalian kaya Saya ya. Badan ini kan titipan Beliau. Bukan berarti kalian harus sering minum obat kalau sakit, tapi ISTIRAHAT. Karena sakit adalah tanda-tanda si tubuh udah mulai protes. Bukan berarti lemah atau riwil, tapi coba kenali tubuh kalian. Jangan terlalu dipaksakan, kalau 'drop' smapai harus masuk Rumah Sakit, lebih repot urusannya. Mahal, buang waktu, mengganggu aktivitas dan jadwal orang lain (yang kepentingannya melibatkan kita).

August 24, 2011

OBM UI 2011

Huaaa, hampir 1 abad tidak meng-update blog ini. Maaf ya, maklum, agak sibuk.. :(

2 bulan ini merupakan bulan yang memberikan saya pelajaran berharga.
Saya tergabung dalam fasilitator yang tugasnya mendampingi mahasiswa yang baru masuk UI dalam masa Pra Kuliah ini. Materi yang diberikan pada masa ini berisi persiapan2 yang akan berguna untuk menunjang kesuksesannya. Dimas menganggapnya sebagai masa pemberian peta dan kompas.
Di titik ini mereka diberikan gambaran medan, serta diberikan kompas. Mereka yang menentukan tujuannya. Mereka juga yang akan menentukan akan menggunakan kompasnya dengan baik atau tidak. Karena kami hanya memberi dan mengajarkan penggunaannya, tapi tak bisa memaksa mereka menggunakan keduanya, peta dan kompas.

Beberapa fasilitator mengajarkan pada saya untuk tidak percaya pada apa yang ditampilkannya saat 'tes' yang kami berikan. Karena ternyata komitmen mereka rendah. Atau bahkan, karena 'terlalu' cerdas, attitude mereka kurang baik. Namun, lebih banyak fasilitator yang membuat kami bangga. Karena ternyata kami memilih orang2 hebat. Belum lagi bila melihat kinerja mereka yang meningkat setelah pelatihan yang kami susun.

Satu yang berkesan. Suatu hari seorang fasilitator tidak bisa hadir, saat dikonfirmasi melalui telepon, Ia sangat menyesal dan sebenarnya sangat ingin hadir. Saat ditanya alasannya, ternyata Ayahnya meninggal malam sebelumnya. Kami terhenyak. Lemas, dan merasa jahat.
Pagi esoknya fasilitator ini hadir. Kami semua sulit berkata-kata. Serba salah. Ia sedang berduka, kemarin Ayahnya berpulang, hari ini Ia bekerja seperti biasa. Saya, ingin nangis rasanya. Dia kemudian malah minta maaf penuh sesal sambil cerita bahwa kemarin sebenarnya sangat ingin datang karena SUDAH JANJI UNTUK DATANG FULL SEMINGGU. Komitmennya membuat perut saya bergejolak. Terharu, bangga, sekaligus malu membandingkan dengan diri saya sendiri. Untungnya, Ibundanya melarangnya untuk datang. Apabila Ia tetap datang saat itu, dan kami tahu keadaannya, entah kami harus malu seperti apa lagi.

Pelajaran lain datang mahasiswa yang baru saja masuk. Dengan semangat dan kebanggan penuh, Ia mengikuti kegiatan pra kuliah ini dengan baik. Suatu kejadian membuat kami mengetahui latar belakangnya. Orang tuanya petani, bahkan dengan lantangnya Ia bilang 'bukan, orang tua saya bukan petani, hanya pesuruhnya.' Kami sudah tidak tega lagi berdebat. Ibunya, tidak tamat SD. Saya sekali lagi terpecut dengan semangat dan keberhasilan Mahasiswa baru ini. Ia mungkin memanggul harapan yang besar. Bukan hanya dari keluarganya, tapi juga harapan seluruh desanya. Berjuang ke Jakarta, menuntut ilmu. Semoga kelak Ia bisa mengangkat kesejahteraan warga desanya.

Semangat, komitmen, cita-cita. Itu adalah hal selain teman baru, pengalaman, tawa dalam lelah yang kami rasakan. OBM tahun ini memberi pelajaran lebih banyak dari tahun sebelumnya. Dan semoga Saya tidak pernah puas dan mau terus belajar.
Terima kasih rekan-rekan fasilitator yang sudah berjuang bersama Saya. Senang mengenal Anda semua.


August 04, 2011

ketegaran dibalik sebuah kepergian

Ternyata, kehilangan seseorang masih menjadi suatu 'ujian' untuk saya.
Setiap kali mengetahui ada seseorang yang baru kehilangan orang yang disayangnya karena meninggal dunia, hati saya rasanya ikut remuk.
Walaupun, Saya tidak mengenalnya, sama sekali.
Saya merasa sesak, dan sakit.
Seberapapun orang tersebut berusaha tegar, air mata saya akan tetap tumpah.
Karena pada masa itu, pada masa dimana orang yang saya kasihi kembali kepada-Nya, sebesar apapun senyum yang saya pasang, hati saya meraung-raung.
Seberapapun saya berusaha tegar, tubuh saya lemas.
Seperti semua tulang dari tubuh saya diangkat.

Untuk keluarga dan kekasih korban helikopter yang jatuh di Sulawesi, ketegaranmu luar biasa.
Pasti besar cintamu kepadanya, pun cintamu pada Tuhan.