Raped By Saitan. Apa yang pertama kali Anda pikirkan saat pertama kali mendengar Judul Film tersebut. Saya: Saya hanya ingin Departemen Penerangan kembali.
Okay, Saya bukan pendukung gerakan sensor menyensor. Apabila kualitas atau isi suatu film memang bagus, maka mungkin detil-detil kecil yang 'sedikit dewasa' tidak masalah buat saya. Tapi, saat suatu film, mungkin menurut saya, isinya hanya sampah, dan hanya menjual perempuan berbikini, berbaju mini, atau setengah bugil dengan adegan-adegan mesra, demi anak-anak kalian *jika kalian memang berpikir memiliki keturunan*, BERHENTILAH MEMBUAT SAMPAH!
Baiklah, Saya bukan seseorang yang menentang penggunaan bikini, saya juga tidak berpakaian serba tertutup, tapi semua itu harus disesuaikan dengan tempatnya. Bukan untuk diekspos di sebuah film yang tidak memiliki jalan cerita, hanya serangkaian adegan cium mencium, atau raba meraba. For God's Sake, lebih baik saya melihat Hamster lari-lari di rodanya selama 3 jam daripada menonton sampah seperti itu.
Seperti menyaksikan kemunduran mental para pembuat film. Sedih dan ironis. Di tengah bangkitnya beberapa film yang berhasil memenangkan penghargaan di ajang internasional seperi Rumah Dara. Film-film *sebut saja* semi porno ini juga ikut bermunculan. Mungkin sebentar lagi bioskop entah apa yang berdiri di daeran Pasar Senen itu akan semegah Metropole dan XXI lainnya. Karena mungkin, di sanalah mereka bertahan, dan sekarang mulai bangkit.
Sebenarnya, hal ini telah mengganggu saya sejak lama. Sejak beberapa film Komedi yang juga mengeksploitasi perempuan bermunculan di Indonesia. Tapi, saat saya mengetahui film-film berjudul Hantu Puncak Datang Bulan dan Raped by Saitan akan dirilis setelah Film Suster Keramas, saya benar-benar muak. Hah, kepada siapa kita harus bicara ya? Pemerintah dan MUI akan menjadi pihak terakhir yang mengetahui film-film ini sebelum benar-benar tayang. Karena pasti pada saat film ini diproduksi sampai dengan trailernya ada di mana-mana, mereka belum tentu aware akan hal ini. Maka, dengan ini, saya berkata: DEMI ANAK-ANAK KALIAN, DEMI KELUARGA KALIAN, para pembuat Film, para penanam modal, dan para pemain film, bisakah kalian sedikit memeras otak kalian dan menghasilkan film-film yang benar-benar berkualitas? Saya mohon, berhentilah membuat sampah-sampah seperti ini. Toh, bagi mereka yang membutuhkan, Glodok dan Mangga Dua masih berdiri tegak. ;p
Terima kasih.
No comments:
Post a Comment