cari di sini

April 13, 2011

Gedung DPR, milik Marzuki Alie

Ya, sesuai dengan tren pemuda masa kini, maka Saya akan ikut menulis tentang pembangunan gedung DPR ini (news). Yak, seperti link yang Saya beri, hal ini memang telah terjadi sejak akhir tahun lalu. Ada dan tiada. Berhembus dan berlalu.
Tapi ya teman-teman, pembangunan yang konon bisa menghabiskan total biaya 1,2 Triliun ini menjadi sangat memancing emosi rakyat. Bukan hanya rencananya saja, tapi juga karena komentar yang terhormat ketua lembaga perwakilan rakyat yang konon disebut DPR, Marzuki Ali.
Perlu atau tidak. Tanya saya, maka saya jawab, Perlu. Iya, keperluan/kebutuhan orang kan beda-beda. Bisa aja membangun gedung baru itu memang sebuah kebutuhan. Biar kinerja lebih baik, Biar lebih nyaman, atau kursinya dikasih borgol biar gak bisa kabur2, atau gerbangnya pake kawat listrik biar gak bisa didatengin. Atau mungkin ruangannya diperluas biar bisa menginap dan bekerja memikirkan rakyat dan negara semalam suntuk. Tidak perlu saya perdebatkan. Yang menjadi masalah adalah urgensinya. Apakah memang HARUS SAAT INI gedung tersebut dibangun? Dengan keadaan rakyat yang, katakanlah, belum sejahtera.
Okay, Saya termasuk seseorang yang mendukung pembangunan monorail, subway, atau MRT. Ya. Sebagian orang merasa ini pemborosan, mubazir dll. Tapi menurut Saya, kalau kita pembangunan ini harus segera dilakukan karena keadaan jalanan Jakarta yang sudah tidak sehat. Kemacetannya sudah bisa mengurangi tingkat kebahagiaan penduduknya.
Hubungannya dengan Gedung DPR? Iya, Apakah sudah sebegitu mendesaknya untuk dibangun gedung baru?
"Ah, paling pas pembangunan gedung DPR dulu juga menjadi polemik. Trus sekarang udah diterima aja."

Hmm, mungkin tidak. Saat pembangunan gedung DPR tahun 1965, harga diri bangsa sebagai bangsa yang merdeka sedang berkibar, nasionalisme sedang membara. Ditambah akan diselenggarakannya CONEFO(Conference of the New Emerging Forces), maka pembangunan gedung ini dapat mengangkat 'harga diri' dan pencitraan bangsa. Maka, MUNGKIN pembangunan gedung ini tidak menjadi sebuah polemik yang besar. (Walau pembangunannya memakan waktu yang sangat panjang, 18 tahun).
SEKARANG? Apa ya kita sedang membutuhkan 'harga diri' dengan membangun gedung. Apakah 'pendidikan' dan 'kesejahteraan' sudah terpenuhi? Coba ya Teman-teman, Bapak-bapak, Ibu-Ibu, Tante-Tante lihat, apakah kualitas pendidikan kita sudah merata di seluruh daerah? Di Jakarta saja, apakah pendidikan sudah ramah terhadap teman-teman yang 'perlu berjuang lebih keras' hanya untuk hidup? Lalu, silakan di tengok Puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan sarana kesehatan lainnya. Apakah sudah tidak ada lagi pertanyaan "Siapa penjaminnya?" saat melangkahkan kaki? Apakah sudah tidak ada lagi orang-orang yang dirawat di koridor karena keterbatasan kapasitas?
Ya, udah sih lah ya. Kita kan rakyat biasa. Kalo kata Marzuki Alie, ini tuh cuma bisa dipahami elite. God Bless You, sir.


No comments:

Post a Comment