Tapi, kemarin semua orang tampak gempar dengan foto Bapak Arifinto, salah satu anggota DPR dari Partai Keadilan Sejahtera, yang sedang menyaksikan film porno pada saat sidang paripurna.
Well, sebenarnya, pada sisi beliau menonton video saat sidang saja hal yang kurang berkenan di telinga. Beliau adalah wakil rakyat yang dipilih dan digaji dengan uang rakyat untuk mewakili rakyat(pemilih)nya. Dengan demikian, yang harus dilakukan oleh seorang wakil rakyat waktu sidang paripurna adalah mengikuti sidang tersebut, bukan menonton video. Apalagi yang porno.
Hal ini , menurut saya menjadi besar karena beliau adalah seorang wakil rakyat. Karena mungkin kalau yang kedapatan menonton adalah mahasiswa biasa, mungkin Ia hanya masuk ruang dekanat, tidak sampai masuk koran. Dan hal ini SEMAKIN BERTAMBAH BESAR ketika Arifinto ini merupakan perwakilan Partai PKS. Partai yang mengusung syariat Islam. Partai yang salah satu mentrinya duduk di posisi Kemenkominfo dan giat memerangi pornografi. Senjata makan tuan. Pagar makan tanaman. Gagak makan cincin (#eh). Ya, peribahasa tersebut kemudian seakan diperuntukkan untuk partai tersebut.
Seperti yang saya bilang, masalah keimanan adalah urusan individu dengan Tuhannya. Ketika ini digunakan sebagai slogan yang dibesar-besarkan sebuah partai, yang terjadi kemudian saat salah satu anggotanya saja melanggarnya, hal ini terlihat sebagai sebuah kemunafikkan. Yang kemudian ketika ada olok-olokkan yang berkaitan dengan hal ini, dapat saja menjadi isu yang terkait dengan sensitivitas keagamaan. Gesekkan berbau SARA.
Ya, marui kita lihat hal ini sebagai sebuah pelajaran.
Untuk mereka agar tetap was-was dan sadar bahwa mereka diawasi.
Untuk kita agar bisa tetap menjaga kata dan bahasa.
Wakil rakyat, seharusnya merakyat..
Bukan tidur waktu sidang soal rakyat..
-Iwan Fals
tidur aja sebaiknya jangan, apalagi nonton film porno, Pak.
No comments:
Post a Comment