Kepada cinta yang begitu lucu untuk ku kenang.
Cinta monyet. Kalau saja kamu tau, surat ini untuk kamu. Pasti kamu guling-gulingan karena kita tak pernah menyangka hal itu ada. D, kamu itu kenangan lucu dari masa kecilku. Masa SD-ku. Semonyet-monyetnya cinta monyet itu, ya kamu, D. Kok bisa anak SD main pacar-pacaran. Entah bagaimana kamu bisa bilang aku ini pacar kamu.
Entah bagaimana juga kamu jadi sering mengantar dan menjemput ku pulang-pergi sekolah. Ya, kita memang tinggal di satu jalan, dan sekolah kita juga tidak jauh. Dasar, kampung. :p
D, kalo aja kamu tau nih ya, aku masih bisa tertawa terbahak-bahak mengingat kamu yang sekonyong-konyong berkelahi di lapangan dekat sekolah kita dengan seorang teman kita yang juga mengaku pacarku. Trus, kalian dikejar oleh seorang nenek pemilik lapangan tempat kalian berkelahi. D, masih SD aja posesif. Nonton apa sih kamu di rumah? D, aku tidak paham juga sih apa arti cinta monyet. Tapi, kisah aku dan kamu itu memang lucu. Ada begitu saja, menguap begitu saja. Dan hal terberat yang harus kuhadapi adalah menghadapi Ibumu yang menjahit lukaku karena mengejar layang-layang. GAHAHAHA. Untung itu masa SD. Bisa kubayangkan kalo itu terjadi sekarang, Ibu dari 'pacar' ku menjahit luka ku karena jatuh saat mengejar layang-layang. Pasti langsung wassalam ya, hubungan kita.
D, cinta atau bukan, kisah aku dan kamu itu lucu. Diantar dan dijemput saat pergi dan pulang sekolah. Ditelepon hanya untuk menanyakan hal-hal gak penting. Atau sekedar makan bareng saat istirahat sekolah. Terima kasih atas kisah lucunya, D. Pun kemudian kita pergi ke SMP yang sama. Semua menghilang begitu saja. Hanya 'hai' yang dipenuhi rasa malu, karena kita sadar, betapa konyol yang kita jalani pada masa sebelumnya.
Salam peluk, karena saat itu kita belum boleh berciuman.
Yang kau akui sebagai pacarmu,
Aku.
Cinta monyet. Kalau saja kamu tau, surat ini untuk kamu. Pasti kamu guling-gulingan karena kita tak pernah menyangka hal itu ada. D, kamu itu kenangan lucu dari masa kecilku. Masa SD-ku. Semonyet-monyetnya cinta monyet itu, ya kamu, D. Kok bisa anak SD main pacar-pacaran. Entah bagaimana kamu bisa bilang aku ini pacar kamu.
Entah bagaimana juga kamu jadi sering mengantar dan menjemput ku pulang-pergi sekolah. Ya, kita memang tinggal di satu jalan, dan sekolah kita juga tidak jauh. Dasar, kampung. :p
D, kalo aja kamu tau nih ya, aku masih bisa tertawa terbahak-bahak mengingat kamu yang sekonyong-konyong berkelahi di lapangan dekat sekolah kita dengan seorang teman kita yang juga mengaku pacarku. Trus, kalian dikejar oleh seorang nenek pemilik lapangan tempat kalian berkelahi. D, masih SD aja posesif. Nonton apa sih kamu di rumah? D, aku tidak paham juga sih apa arti cinta monyet. Tapi, kisah aku dan kamu itu memang lucu. Ada begitu saja, menguap begitu saja. Dan hal terberat yang harus kuhadapi adalah menghadapi Ibumu yang menjahit lukaku karena mengejar layang-layang. GAHAHAHA. Untung itu masa SD. Bisa kubayangkan kalo itu terjadi sekarang, Ibu dari 'pacar' ku menjahit luka ku karena jatuh saat mengejar layang-layang. Pasti langsung wassalam ya, hubungan kita.
D, cinta atau bukan, kisah aku dan kamu itu lucu. Diantar dan dijemput saat pergi dan pulang sekolah. Ditelepon hanya untuk menanyakan hal-hal gak penting. Atau sekedar makan bareng saat istirahat sekolah. Terima kasih atas kisah lucunya, D. Pun kemudian kita pergi ke SMP yang sama. Semua menghilang begitu saja. Hanya 'hai' yang dipenuhi rasa malu, karena kita sadar, betapa konyol yang kita jalani pada masa sebelumnya.
Salam peluk, karena saat itu kita belum boleh berciuman.
Yang kau akui sebagai pacarmu,
Aku.
No comments:
Post a Comment